Kamis, 02 Mei 2013

Reflextion


Aku menunggu waktu pada batas larut, hingga persinggahan mu benar-benar untuk ku. Persinggahan yang memiliki ketepatan masa, masa yang benar-benar milik kita. Hanya antara kau dan aku.., one again.. just You and I.
Sejenak angin tak kubiarkan menabur sejuknya. Sungguh bukan aku membatasi jarak ini, tapi aku ingin lebih dalam pada keintiman bahasa, bahasa pada nadi yang  hanya berjarak pada nafas, nafasmu dan nafasku.
Dalam sekuntum rindu yang membahasakan hatiku untuk memanggil namamu.. and just call you, sungguh inginku dirimu yang hadir di sini.., pada nama.., pada sosok.. yang benar-benar dirimu, dalam perwujudan mimpi atau imaginasi.. tak jelas ku cetak pada mataku, namun jelas kurasakan pada bibirku yang mengecup keningmu, pada jari jemari yang mengusap titik air mata yang luruh bersama embun yang diundang kelam pada malam yang semakin renta.
Aku. aku memulai bahasa ini ingin dengan janjimu.. juga janjiku.. namun sungguh.. ternyata itu tidak benar-benar menjadi nyata bagi kita. Sesungguh-sungguhnya sadar, Aku tak akan dan tak mungkin menanggih janjimu dengan pertanyaan mengapa? Tak juga ku meratap.. memohon lebih dalam padamu kini.., karena tak banyak masa, dan karenanya bibirku hanya ku gunakan untuk mengecup keningmu.. . ini pun bukan bahasa yang bisa aku uraikan dan jelaskan. namun kita memahami bahasa yang menjelaskan siapa kita.. siapa dirimu.. siapa aku ..dan seperti apa kita....
Luka belum lagi kau toreh.. namun perihnya dapat kurasakan kini, kini bahasa semakin aku mengerti dan semakin jelas mengartikan rasa... meski rasa itu hanya padaku. Ini adalah rasa yang aku hela dalam nafasku.. semakin dalam rasa ini menghujam jantungku.. dan semakin perih saat kusadari bahwa kau semakin nyata tak lagi ada. Kau benar-benar semakin sirna..  dan rasa ini benar-benar menjeratku dalam benang-benang rindu, rindu yang ambigu.