Rabu, 28 Juli 2010

Tetap Tersenyum...


Wanita belum genap 30 tahun menangis disepertiga malamnya.., seiring embun tebal yang luruh dan dingin membasuh peluh.. melarutkan jalan2 kota dalam lelap, cangkang gelap sang malam masih pekat di atas Kota Yogya, jauh.. tempatnya mengusir bimbang dan letihnya perasaan, jauh dari istana yang mestinya menjadi tempatnya untuk kembali dan membawa perasaan senang, bahagia, hingga perih yang menyakitkan. Pertanyaan berantai yang terus memenuhi dan mengakar di kepalanya, kadang membuatnya tenang terkadang menyayat hati kecilnya.., mengalirlah deras air mata ketika ketenangan meredakan pijaran2 perihnya, namun membuncah pekik tertahankan lembut dua telapak tangannya di ujung cahaya, ketika disadarinya beban itu terlalu berat untuk dibendungnya...
Hidup sebuah pilihan memang sadar ia emban, cinta tak harus memiliki juga sebuah konsekuensi sebuah hidup yang harus ia tempuh.., namun kembali menumbuhkan cinta pada hatinya dan seseorang yang dipilih untuk menjalani hidup bersamanya juga sebuah pertaruhan sepanjang usianya. Tak pernah mengering air matanya meski malam ini bukan kali pertama deras air mata membasuh perih.., tetap tak dimengertinya sebuah perjalanan bahtera cinta membuat kadang terobang-ambing di gelombang hatinya, terhempas pada kerasnya karang kehidupan pikirannya sendiri, kadang ia berbisik.. " Tuhan.. aku tau engkau memberikan apa yang aku butuhkan.. dan aku terima sepenuhnya ikhlas bahwa engkau memberikan bukan apa yang aku mau..", namun tak jua mampu melepaskan ketercekikan tangis yang tertahan di rongga nafasnya.., bahkan semakin matahari berputar mengelilinginya dan rembulan seperti diorama di atas kepalanya, sesorang yang telah terpilih untuk menghabiskan sepanjang usia yang tersisa.. diantara ketak terdugaannya semakin membingungkan peta perjalanan hidupnya. tanda tanya selalu menjadi bayang-bayang atas semua hal yang dilakukan belahan hidupnya, bukan sebuah kecurigaan hanya sebuah tanya tak terjawab tentang apa yang diinginkan dan apa yang tersembunyi, berkiblat pada apa yang dilihat.. pada apa yang dirasa..
Sebuah penghianatan cinta atau pengingkaran janji setia atau apalah nama termanisnya telah mengikis bongkahan utuh kepercayaannya, hingga.. semua sikap selalu tak selaras dengan hati, semua rasa tak selaras dengan bahasa tubuh,.. seiring berjalannya sang waktu, tapi pilihan tetap menjadi konsekuensi yang harus di jalaninya, syukur yang khusuk membuatnya tetap bertahan di antara badai perasaannya. Pengalihan bahagia coba memberikan terang diantara gelap kebimbangannya.., kerinduannya pada sebuah perlakuan selayak layaknya bidadari dari sang dewa mungkin terlalu tinggi mimpinya.. namun kerinduannya diperlakukan selayak-layaknya isteri dari seorang suami bukanlah sebuah angan yang wajar sewajar-wajarnya insan.
wanita.. belum genap 30 tahun.. melipat sejadah dengan lemas setelah beban berat dikembalikan ke sang pemilik hati, pemilik nyawa, pemilik hidup.. dan pemilik semua yang ia punya.., lembut kembali di usapnya kedua belah mata yang telah sembab mengandung air mata. Terpaksa atau dipaksanya terlelap dalam tidur adalah pilihan yang harus diambil agar.. mimpi yang tak nyata berharap menjadi nyata di dalam tidurnya. Tetap tersenyum sebuah bukti syukur kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar